Asus

SANGIHE—Virus yang bisa menyebabkan kematian iniwajib diwaspadai dan Kabupaten Sangihe sendiri menjadi daerah rawan DBD. Hingga Oktober 2018, Dinas Kesehatan mencatat sudah ada 7 kasus DBD. "Kalau lingkungan tidak bersih maka penyakit DBD ini bisa menyerang kapan saja. Itulah mengapa kami sering mengingatkan warga agar memperhatikan kebersihan, guna mencegah serangan penyakit mematikan ini,” beber Kepala Dinkes, dr Joppy Thungari MKep.

Lanjutnya, dari 7 kasus tersebut, wilayah paling dominan terserang DBD ada di Kelurahan Kolongan Akembawi Kecamatan Tahuna Barat. Beruntung, semua kasus tersebut belum ada yang menapaki status kejadian luar biasa (KLB). "Belum ada status KLB artinya tidak ada yang meninggal, kalau ada, berarti dia (korban) sudah masuk dalam KLB. Dan itu harus langsung ditangani pihak rumah sakit,” jelasnya.

Dikatakannya, kasus ini menjadi perhatian penuh pihaknya. "Untuk itu salah satu penanganannya yakni dengan cara fogging atau pengasapan," terangnya. Thungari juga mengingatkan pentingnya perhatian masyarakat tentang kebersihan lingkungan. Apalagi sekarang sudah memasuki musim hujan yang berpotensi menimbulkan wadah penyakit DBD. “Mari kita jaga bersama kebersihan lingkungan, jangan biarkan ada air tergenang di barang bekas seperti ember dan lain-lain yang bisa memicu jentik-jentik nyamuk. Agar kita terhindar dari berbagai penyakit khususnya DBD,” tuturnya.

Terpisah salah satu unsur muda Sangihe Aldy Boham meminta agar dinas teknis dalam hal ini dinkes jangan hanya melakukan fogging. Karena kalau fogging bukan solusinya membasmi nyamuk Aedes Aegypti. Sebab nyamuk jentik tidak akan mati dengan cara seperti itu."Ini hanya sekedar masukan, cara yang paling baik adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yang sudah banyak diberlakukan di kabupaten/kota lain," pungkasnya.(*)

Berita Terkait

TInggalkan Komentar