Asus
Banyak Peminat, Sapu Ijuk Masih Bertahan di Era Modern

foto: Usaha sapu ijuk tetap bertahan di era modern saat ini. Tampak salah satu pengrajin sapu ijuk di Desa Sia’.

 

KOTAMOBAGU— Usaha sapu ijuk menjadi salah satu andalan warga Desa Sia’, Kecamatan Kotamobagu Utara. Tak sedikit warga setempat yang menggantungkan hidup sebagai pengrajin sapu berbahan dasar serabut pangkal pelepah enau itu.

Keti Mudi (40), salah satu pengrajin sapu ijuk mengaku sudah bertahun-bertahun dirinya menekuni bisnis sapu ijuk dan menjadikannya sebagai salah satu sumber pendapatan keluarganya. Bersama suaminya, ia bisa membuat sekira 250 buah sapu dalam waktu sepekan. Proses pembuatannya katanya cukup mudah. Sedangkan bahan baku yang digunakan juga tak sulit didapatkan. “Terlebih dahulu kita kumpulkan bahan-bahannya seperti ijuk, rotan dan bambu dalam beberapa hari. Kemudian setelah semuanya terkumpul kita mulai membuat sapu, dan setelah itu langsung di jual,” katanya.

Sapu ijuk hasil kerajiannya itu katanya di jual di pasar serta beberapa tempat yang telah menjadi langganannya. Sedangkan harga jualnya bervariasi mulai dari Rp3.500 hingga Rp7.000 per buah. “Harganya memang murah, tapi hasil penjualannya cukup lumayan untuk kebutuhan sehari-hari. Kalau pembeli yang datang langsung ke sini harganya tiga ribu lima ratus. Tapi kalau kami yang antar bisa lebih mahal dari itu, tergantung dari jaraknya,” ujarnya.

Ia mengaku, yang menjadi kendala dalam pengembangan bisnis sapu ijuk adalah pemasarannya. Selama ini ia bersama pengrajin sapu lainnya hanya mengandalkan pedagang pasar dan pelanggan lainnya. “Sapu ijuk ini masih diminati masyarakat meskipun sudah banyak produk sapu yang lebih modern beredar di pasaran. Itu tidak masalah, yang jadi kendala kita adalah pemasarannya. Kalau bisa pemerintah dapat membantunya untuk pengembangan usaha ini,” tambahnya.

Sangadi Sia’, Herto Balansa, mengakui sapu ijuk merupakan salah satu potensi unggulan di desanya. Bahan baku untuk membuat sapu tersebut katanya berada di perkebunan warga sehingga tak sulit didapatkan. “Di sini ada yang mengelolahnya per kelompok, tapi ada juga yang sendiri-sendiri. Sapu dari sini sudah cukup terkenal sampai ke luar Bolaang Mongondow Raya,” tuturnya.

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) telah menyalurkan bantuan mesin pencacah serabut yang diberikan ke kelompok pengrajin sapu. Pemberian mesin itu diharapkan akan mampu menopang meningkatkan produksi dan kualitas sapu asal Desa Sia’.(*)

Berita Terkait

TInggalkan Komentar