foto: Bupati Evangelian Sasingen saat menyampaikan presentasi Program Pengembangan Agrobisnis Berdayasaing dan Berkelanjutan (PPABB) Provinsi Sulawesi Utara.
SITARO—Minggu (9/12), Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Evangelian Sasingen SE, menghadiri langsung kegiatan Workshop yang diselenggarakan Dewan Rempah indonesia bersama dengan Direktoeat Jenderal Perkebunan dalam rangka Hari Perkebunan ke- 62.
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Sate Bandung, mengambil tema "Mengembalikan Kejayaan Harga Rempah Indonesia" dengan Sub Tema "Mengembalikan Kejayaan Lada dan Pala Indonesia".
Sementara itu, Bupati berkesempatan menyampaikan Presentasi dengan Program Pengembangan Agrobisnis Berdayasaing dan Berkelanjutan (PPABB) Provinsi Sulawesi Utara. Dikatakan Sasingen, Pemkab Sitaro terus melakukan peningkatan nilai tambah komoditi pala, melalui peningkatan luas areal dan populasi melalui penyedian bibit tanaman pala, dalam hal ini untuk perluasan, peremajaan, pengutuhan kembali dan rehabilitasi tanaman pala. "Melakukan juga peningkatan produksi melalui penyediaan pupuk organik, peningkatan kualitas hasil perkebunan, melalui penyediaan sarana pengeringan pala yang lebih higenis memenuhi persyartan keamanan pangan," kata Sasingen.
Lanjut nya, Pemkab juga telah melakukan perlindungan terhadap kekhasan pala Siau, melalui sertifikasi indikasi geografis pala Siau yang diterima oleh lembaga perlindungan Indikasi Geografis pala Siau sejak tanggal 3 februari 2016. "Kami juga telah melakukan pengelagan produk turunan pala, sperti membuat manisan pala, sirup pala, dodol pala, sari buah dan wine pala," sebut Sasingen.
Dia juga mengungkapkan, dalam pengembangan pala ada juga permasalahan yang ada, seperti produksi dan produkrifias masih rendah disebabkan populasi pengembangan pala produktif yang didominasi tanaman palah yang sudah berumur. "Kondisi tanaman dan terbatasnya rehabilitasi peremajaan tanaman tua, berdampak pada kesenjangan yang agak jauh apabila tanaman produktifias (tanaman tua) sudah menurun produktivitasnya," terang Sasingen.
Sasingen juga menambahkan, mutu dan higienitas terpengaruhi dari penanganan komoditi yang masih tradisional, serta adanya cemaran yang disebabkan mikroorganisme (alfatoksin). "Untungnya dalan permasalahan ini kami memiliki strategi pengembagan pala kedepan, seperti peningkatan luas produksi melalui rehabilitasi, peremajaan dan pengutuhan kembali tanaman perkebunan yang sudah tua, rusak terserang hama dan penyakit," tambahnya.(*)
TInggalkan Komentar